IP V4
IP address merupakan alamat logika yang di berikan
ke semua perangkat jaringan
yang menggunakan protokol TCP/IP. IP address memungkinkan host pada jaringan yang berbeda maupun
pada jaringan yang sama untuk bisa saling
berkomunikasi
walaupun dalam platform yang berbeda. Untuk
mengatasi kesulitan dalam
perhitungan alamat IP munculah suatu metode yang dinamakan subnetting yang berfungsi memperbanyak Network
ID dimiliki dengan cara mengorbankan
sebagian
Host ID untuk membuat Network ID tambahan.
Untuk
berkomunikasi dengan host lain didalam suatu jaringan, sebuah host harus mempunyai IP (Internet Protocol) address.
Network ID akan menentukan alamat jaringan peralatan tersebut. Alamat jaringan adalah alamat IP yang mana bit bilangan bagian host semuanya dibuat menjadi 0. Alamat jaringan akan menentukan lokasi peralatan dalam sistem jaringan, apakah ada pada lokasi yang sama atau tidak.
Host ID menentukan nomor host atau kartu jaringan
untuk peralatan jaringan
yang dimaksud. Bagian host akan menentukan alamat host. Selain alamat jaringan dan alamat
host, juga dapat diambil pengertian
tentang
alamat broadcast. Alamat broadcast adalah IP address yang semua bit bilangan bagian host dibuat menjadi
1. Alamat broadcast digunakan untuk
berbicara
secara simultan kepada semua peralatan dalam satu jaringan
IP
address sendiri terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian network address dan
node/host address. IPv4 terdiri dari 5
class, yaitu A, B, C, D dan E. Kelas D
digunakan
untuk multicasting, sedangkan kelas E untuk riset.
Kelas A
Kelas B
Kelas C
Kelas D
Kelas E
Catatan
pembagian kelas IP
·
Network ID 127.xxx.yyy.zzz
adalah address khusus, digunakan untuk local loopback dan diagnosa divice atau komputer Standalone
·
Network ID dan Host ID tidak
boleh bernilai 1 untuk semua bitnya (255 dalam desimal). Jika semua bit bernilai 1 maka akan terjadi alamat
broadcast.
·
Network ID dan Host ID tidak
boleh bernilai 0 untuk semua bitnya (0 juga dalam desimal). Jika semua bit bernilai 0 maka otomatis akan
digunakan sebagai alamat jaringan (Network-ID).
·
Urutan bit tertinggi kelas D
yang bernilai 1110 (224.0.0.0 s.d 239.255.255.255) digunakan untuk penerapan teknologi multicasting
dan bit tertinggi kelas E yang bernilai 1111 (240.0.0.0 s.d
247.255.255.255) disimpan untuk keperluan yang akan datang.
Dari
pembagian kelas diatas dapat dikalkulasikan
Dari gambar dibawah ini perhatikan kelas A
menyediakan jumlah network yang paling sediikit namun
menyediakan host id yang paling banyak dikarenakan hanya oktet pertama yang digunakan untuk alamat network
bandingkan dengan kelas B dan C.
Menentukan
kelas suatu alamat IP Address
Untuk mempermudah dalam menentukan kelas mana IP
yang kita lihat, perhatikan gambar
dibawah
ini. Pada saat kita menganalisa class suatu
alamat IP maka perhatikan oktet
8 bit pertamanya.
Pada kelas A : 8 oktet pertama adalah alamat
networknya, sedangkan sisanya 24 bits
merupakan
alamat untuk host yang bisa digunakan.
Jadi
admin dapat membuat banyak sekali alamat untuk hostnya, dengan memperhatikan : 224 – 2 = 16.777.214
host-- > N
:
jumlah
bit terakhir dari kelas.
Pada kelas B : menggunakan 16 bit pertama untuk
mengidentifikasikan network sebagai bagian
dari
address. Dua oktet
sisanya (16 bits) digunakan untuk alamat host :
216
– 2 = 65.534
Pada kelas C : menggunakan 24 bit pertama untuk
network dan 8 bits sisanya untuk alamat, Host : 28 – 2 = 254
SUBNET MASK
Subnet Mask biasanya digunakan oleh router untuk
menentukan bagian
mana yang merupakan alamat jaringan dan bagian mana alamat host. Subnet mask adalah suatu bilangan
32 bit sebagaimana alamat IP
Address yang juga ditulis dalam notasi desimal bertitik. Router biasanya menggunakan suatu
proses AND dimana bit-bit subnet mask di AND terhadap bit-bit
IP Address yang ditemukan.
Contoh
:
== >> IP
Address : 180.20.5.9
Subnet
Mask : 255.255.255.0.0 (default Subnet mask
Kelas
B)
Network
Address ???
IP
Address :10110100 00010100 00000101 00001001
Subnet
mask :11111111 11111111 00000000 00000000 And
Network
IP : 10110100 00010100 00000000 00000000
IP Address dalam prakteknya merupakan satu cara untuk menentukan Network ID
dengan bantuan Subnet Mask.
Subnetting
Mengapa
dilakukan subnetting ?
·
Untuk mengurangi lalu lintas jaringan
(mengurangi broadcast storm/ memperkecil
broadcast domain)
·
Mengoptimalisasi kerja jaringan
·
Pengelolaan yang disederhanakan
(memudahkan pengelolaan, mengidentifikasikan
permasalahan)
·
Penghematan alamat IP
Pada dasarnya subnetting adalah
mengambil bit-bit dari bagian host sebuah alamat
IP
dan me-reserve atau menyimpannya untuk mendefinisikan alamat subnet. Konsekuensinya adalah semakin
sedikit jumlah bit untuk host. Jadi semakin banyak jumkah subnet, semakin sedikit
jumlah bit yang tersedia untuk mendefinisikan host bit.
Contoh Subneting
== >> Tersedia network
address 192.168.1.0 / 24 _ “ berarti kelas C ”. (Lihat tabel di atas) Misal
kita membutuhkan 6 kelompok jaringan/network, maka yang kita lakukan adalah membagi alamat
tersebut menjadi 6 subnet. Maka rumus yang
digunakan
adalah 2n >= jumlah subnet. Variabel n menunjukkan jumlah bit
yang dipinjam dari bit-bit host untuk
dijadikan bit subnet.
Perhitungan:
2^n
>= 6 => 2^3 >= 6 ,sehingga n = 3
Perhitungan
dengan metode binary :
-
subnet mask default (dalam biner) :
11111111.11111111.11111111.00000000
-
tambahkan 3 bit 1 di ruas paling belakang :
11111111.11111111.11111111.11100000
-
konversi subnet tersebut ke desimal : 255.255.255. 224
(Berarti
subnet mask addressnya adalah 255.255.255.224 untuk mendapatkan 6 subnet) Sekarang untuk mengetahui jumlah IP
yang dapat dipakai untuk tiap host di tiap
subnet,
lakukan operasi berikut :
256
jumlah rentang dari 0 – 255
224
- nilai
ruas terakhir dari subnet yang baru
32
digunakan sebagai range buat
subnetnya
Hasil
32 menunjukkan IP yang dapat dipakai untuk tiap subnet mask yang baru. Berikut ini adalah daftar semua
subnet untuk subnet mask class C 255.255.255 224 :
Subnet
ke 0 : 192.168.1.0 – 192.168. 1. 31
Subnet
ke 1 : 192.168.1.32 - 192.168.1. 63
Subnet
ke 2 : 192.168.1.64 - 192.168.1. 95
Subnet
ke 3 : 192.168.1.96 - 192.168.1.127
……………….
Subnet
ke 7 : 192.168.1.224 – 192.168.1.255
Contoh menghitung broadcast address
== >> Coba
hitung broadcast address dan network address untuk IP 192.168.1.4 /29
Jawab
: /29 berarti netmask = 255.255.255.248
IP Adress : 192.168.1.4 : 11000000.10101000.00000001.00000100
Netmask : 255.255.255.248 : 11111111.11111111.11111111.11111000 and
Network Addr: 192.168.1.0 : 11000000.10101000.00000001.00000000
(And)
Broadcast Addr: 192.168.1.7 :
11000000.10101000.00000001.00000111
(invers dari nerwork address)
CIDR
( Classless Interdomain Domain Routing)
Perhitungan subnetting pada CIDR merupakan
perhitungan lanjutan mengenai IP
Addressing
dengan menggunakan metode VLSM ( Variable
Length Subnet Mask ), namun
sebelum membahas VLSM perlu dilihat
terlebih
dahulu subnetting menggunakan
CIDR.
Pada tahun 1992 lembaga IEFT memperkenalkan suatu
konsep perhitungan IP Address
yang dinamakan classless inter domain
routing (CIDR), metode
ini menggunakan notasi prefix dengan panjang notasi tertentu sebagai network prefix, panjang notasi
prefix ini menentukan jumlah bit sebelah kiri yang digunakan sebagai Network ID,
metode CIDR dengan notasi prefix dapat diterapkan pada
semua kelas IP Address sehingga hal ini memudahkan dan lebih efektif.
Menggunakan metode CIDR kita dapat melakukan
pembagian IP address yang tidak berkelas
sesukanya tergantung dari kebutuhan pemakai.
Suatu metode yang
digunakan oleh ISP untuk mengalokasikan sejumlah alamat pada perusahaan, ke rumah seorang pelanggan. ISP
menyediakan ukuran blok (block size) tertentu.
Contoh : kita mendapatkan blok IP 192.168.32/28.
notasi garis miring atau slash notation (/), berarti berapa bit yang bernilai 1
(contoh diatas adalah /28 berarti ada 28 bit yang bernilai 1). Nilai maksimum setelah garing adala
/32. karena satu byte adalah 8 bit dan terdapat 4 byte dalam sebuah alamat IP (4 x 8 =
32). Namun subnet mask terbesar tanpa melihat class alamatnya adalah hanya /30, karena
harus menyimpan paling tidak dua buah bit sebagai bit host.
Sebelum kita melakukan perhitungan IP address
menggunakan metode CIDR berikut
ini adalah nilai subnet yang dapat dihitung dan digunakan :
Pola yang dimaksudkan adalah pola 128, 192, 224,
240, 248, 252, dan 254.
Dimana
128 dalam binary yaitu = 10000000 (1 bit subnet), 192 dalam binary yaitu
11000000 (2 bit
binary) dan seterusnya. Maka hafalkan pola 128, 192, 224, 240, 248, 252 dan
254.
Catatan penting dalam subnetting ini adalah
penggunaan oktet
pada subnet mask dimana
:
·
Untuk IP Address kelas C yang dapat dilakukan
CIDR-nya adalah pada oktet terakhir karena pada IP Address
kelas C subnet mask default-nya adalah
255.255.255.0
·
Untuk IP Address kelas B yang dapat
dilakukan CIDR-nya adalah pada 2
oktet terakhir karena pada IP Address kelas
B subnet mask default-nya adalah
255.255.0.0
·
Untuk IP Address kelas A yang dapat
dilakukan CIDR-nya adalah pada 3
oktet terakhir karena IP Address kelas
A subnet mask default-nya adalah
255.0.0.0
VLSM
( Variable Length Subnet Mask )
Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM
adalah metode yang berbeda dengan
memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask, jika menggunakan CIDR dimana suatu
Network ID hanya memiliki satu subnet mask
saja,
perbedaan yang mendasar disini juga adalah terletak pada pembagian blok, pembagian blok VLSM bebas dan hanya
dilakukan oleh si pemilik Network Address
yang
telah diberikan kepadanya atau dengan kata lain sebagai IP address lokal dan IP Address ini tidak dikenal dalam
jaringan internet, namun tetap dapat melakukan koneksi
ke jaringan internet, hal ini terjadi dikarenakan jaringan internet hanya mengenal IP Address berkelas.
Metode VLSM ataupun CIDR pada prinsipnya sama yaitu
untuk mengatasi kekurangan
IP Address dan dilakukannya pemecahan Network ID guna mengatasi kekerungan IP Address tersebut.
Network Address yang telah diberikan oleh
lembaga
IANA jumlahnya sangat terbatas, biasanya suatu perusahaan baik instansi pemerintah, swasta maupun institusi
pendidikan yang terkoneksi ke jaringan internet hanya
memilik Network ID tidak lebih dari 5 – 7 Network ID (IP Public).
Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM
agar tetap dapat berkomunikasi
kedalam jaringan internet,
pengelolaan
network-nya dapat memenuhi persyaratan ; routing protocol
yang digunakan harus mampu membawa
informasi
mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol : RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya,
bahan bacaan lanjut protocol routing : CNAP
1-2). Semua
perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung metode VLSM yang menggunakan
algoritma penerus paket informasi. Tahapan
perihitungan
menggunakan VLSM IP Address yang ada dihitung menggunakan CIDR selanjutnya baru dipecah
kembali menggunakan VLSM, berikut
contoh :
== >> IP Address : 130.20.0.0/20
Kita hitung jumlah subnet terlebih dahulu menggunakan CIDR, maka
didapat 11111111.11111111.11110000.00000000 = /20
Jumlah angka binary 1 pada 2 oktet terakhir
subnet adalah 4 maka Jumlah
subnet : 24
= 16. Maka
blok tiap subnetnya adalah :
Blok
subnet ke 1 = 130.20.0.0/20
Blok
subnet ke 2 = 130.20.16.0/20
Blok
subnet ke 3 = 130.20.32.0/20
Dst … sampai dengan
Blok
subnet ke 16 = 130.20.240.0/20
Berikut langkah kerja denga metode VLSM, kita
ambil nilai blok ke 3 dari hasil CIDR yaitu 130.20.32.0 kemudian :
·
Kita pecah menjadi 16 blok subnet,
dimana nilai 16 diambil dari hasil
perhitungan
subnet pertama yaitu /20 = (2x) = 24 = 16
·
Selanjutnya nilai subnet di ubah
tergantung kebutuhan untuk pembahasan ini
kita
gunakan /24, maka didapat 130.20.32.0/24 kemudian diperbanyak menjadi 16 blok lagi sehingga
didapat 16 blok baru yaitu :
Blok subnet VLSM 1-1 = 130.20.32.0/24
Blok subnet VLSM 1-2 = 130.20.33.0/24,
dst..sampai ke 16
·
Selanjutnya kita ambil kembali nilai ke
1 dari blok subnet VLSM 1-1 yaitu
130.20.32.0
kemudian kita pecah menjadi 16/2
= 8 blok subnet lagi, namun oktat
ke 4 pada Network ID yang kita ubah juga menjadi 8 blok kelipatan dari 32
·
Sehingga didapat :
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.32.0/27
Blok subnet VLSM 2-2 = 130.20.32.32/27
Blok subnet VLSM 2-3 = 130.20.33.64/27
Blok subnet VLSM 2-4 = 130.20.34.96/27
Blok subnet VLSM 2-5 = 130.20.35.128/27
Blok subnet VLSM 2-6 = 130.20.36.160/27,
dst
== >> Ip address 130.200.0.0
dengan subnet mask 255.255.224.0 yang diidentifikasi sebagai kelas B.
Subnet
mask : 11111111.11111111.11100000.00000000
3
bit dari oktet
ke 3 telah digunakan , tinggal
5 bit yang belum diselubungi maka banyak
kelompok
subnet yang bisa dipakai adalah kelipatan
25
= 32 (256 – 224 = 32) : 32 64 96 128 160 192 224
Jadi
Kelompok IP yang bisa digunakan adalah
:
130.200.0.0
- 130.200.31.254
130.200.32.1
- 130.200.63.254
130.200.64.1
- 130.200.95.254
130.200.96.1
- 130.200.127.254
130.200.128.1
- 130.200.159.254
130.200.160.1
- 130.200.191.254
130.200.192.1 - 130.200.223.254
== >> Terdapat network id
130.200.0.0 dengan subnet 255.255.192.0 yang termasuk juga kelas B, menyelesaikannya adalah ;
•
Dari nilai oktet pertama dan subnet yang
diberikan, dapat diketahui IP address adalah
kelas
B yang oktet
ketiga diselubungi dengan angka 192…
•
Hitung dengan rumus (4 oktet – angka
yang diselubung) 256 – 192 = 64
•
Jadi kelompok subnet yang dapat dipakai
adalah kelipatan 64 dan 128.
Jadi
kelompok ip yang dapat dipakai adalah :
130.200.64.1
sampai 130.200.127.254
130.200.128.1
sampai 130.200.199.254
== >> Menggunakan kelas C
dengan network address 192.168.81.0 dengan subnet mask 255.255.255.240, maka :
•
Dari nilai oktet pertama dan subnet yang
diberikan dapat diketahui IP address adalah
kelas
C dengan oktet
ketiga terselubung dengan angka 240
•
Hitung (256 – 240) = 16
•
Maka kelompok subnet yang dapat
digunakan adalah kelipatan 16, yaitu :
16 32 48 64 80 96 112 128 144 160 176 192 208
224
Maka
kelompok IP address yang dapat digunakan adalah :
192.168.81.17
sampai 192.168.81.20
192.168.81.33
sampai 192.168.81.46
192.168.81.49
sampai 192.168.81.62
192.168.81.65
sampai 192.168.81.78
192.168.81.81
sampai 192.168.81.94
192.168.81.97
sampai 192.168.81.110
192.168.81.113
sampai 192.168.81.126
192.168.81.129
sampai 192.168.81.142
192.168.81.145
sampai 192.168.81.158
192.168.81.161
sampai 192.168.81.174
192.168.81.177
sampai 192.168.81.190
192.168.81.193
sampai 192.168.81.206
192.168.81.209
sampai 192.168.81.222
192.168.81.225
sampai 192.168.81.238
== >> Sebuah perusahaan yang
baru berkembang mempunyai banyak kantor cabang dan tiap kantor cabang mempunyai 255 workstation,
network address yang tersedia adalah 164.10.0.0, buatlah subnet dengan jumlah subnet yang
terbanyak.
Penyelesaian
; 164.10.0.0 berada pada kelas B, berarti oktet 3 dan 4 digunakan untuk host, sedangkan 1 kantor cabang ada 254
host, maka ambil 1 bit lagi dari oktet
ke 3 agar cukup.
Maka
subnetmask yang baru
11111111.11111111.11111110.00000000
255.
255. 254. 0
Subnet
yang tersedia adalah 256 – 254 = 2, maka subnetnya kelipatan 2 sampai dengan
254.
Jumlah
subnet (27 – 2) = 128 – 2 = 26 subnet
Jumlah
host / subnetnya (29 - 2 ) = 512 – 2 = 510 host
164.10.0.0
sampai 164.10.1.0 --- >
dibuang
164.10.2
.1 sampai 164.10.3.254
164.10.4.1
sampai 164.10.5.254
164.10.6.1
sampai 164.10.7.254
164.10.8.1
sampai 164.10.9.254
.
.
.
164.10.252.1
sampai 164.10.253.254
(untuk file dokumen (eks .docx), silahkan lihat menu download, link internet protokol versi 4 ...)
sumber :
Budi. 2003. Konsep dan Perancangan Jaringan Komputer. Yogyakarta: Andioffset
Deris stiawan. Request, alokasi, & pengelolaan ip
addresing. Jurusan sistem komputer fasilkom unsri. htt://www.unsri.ec.id
Rob flickernger, dkk. 2007. Jaringan wireless di dunia
berkembang. Ebook, http://wndw.net, Licensi Creative Commons Attribution
Sharelike 3.0.
Irwan Suprayitno, dkk. 2008. Rancangan sistem jaringan
komputer. http://p263.mti08.vlsm.org. Megister teknologi
informasi universitas indonesia,
jakarta.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar