Motivasi belajar
1.
Pengertian
motivasi
John W. Santrock (2010:510) mendefinisikan motivasi
adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan prilaku. Artinya
prilaku yang termotivasi adalah prilaku yang penuh energi, terarah, dan
bertahan lama.
Menurut Mc. Donald (dalam Oemar Hamalik, 2004:158) : motivation is an energy change within the
person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
a.
Motivasi
dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam
motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem
neuropisikologis dalam organisme manusia, misalnya karena terjadi perubahan
dalam sistem perncernaan maka timbul motif lapar. Tapi ada jjuga perubahan
energi yang tidak diketahui.
b.
Motivasi
ditandai dengan timbulnya perasaan affective
arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana
emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini
mungkin bisa dan mungkin jiga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam
perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi karena dia merasa tertarik pada
masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan
lancar dan cepat akan keluar.
c.
Motivasi
ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermoticasi
mengadakan respon-respon yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respon-respon itu
berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam
dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan, misal
si A ingin mendapat hadiah maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya,
membaca buku, dan mengikuti tes.
2.
Komponen-komponen
motivasi
Menurut Oemar Hamalik (2004:159) ada dua komponen
motivasi, yakni komponen dalam (inner
component) dan komponen luar (outer
component). Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan
merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang
diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen
dalam ialah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar
ialah tujuan yang hendak dicapai.
Menurut John W. Santrock (2010:521) motivasi
mangandung komponen sosial. Dimensi
sosial ini terdiri dari :
a.
Motif
sosial
Latar
belakang sosial anak akan mempengaruhi kehidupan mereka di sekolah. Setiapmurid
membangun dan mempertahankan hubungan sosial. Para periset telah menemukan
bahwa murid yang menunjukkan prilaku yang kompeten secara sosial lebih mungkin
unggul secara akademis ketimbang murid yang tidak kompeten.
Motif
sosial adalah kebutuhan dana keinginan yang dikenal melalui pengalaman dengan
dunia sosial. Disini mencakup kebutuhan akan afiliasi atau keberuntungan, yakni
motif untuk merasa cukup terhubung dengan orang lain. Kebutuhan ini membutuhkan
pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan yang akrab, hangat, dan
personal. Kebutuhan sosial murid direfleksikan dalam keinginan mereka untuk
populer di mata teman sebaya dan kebutuhan punya satu kawan akrab atau lebih,
dan kainginan untuk menarik di mata orang yang mereka sukai.
b.
Hubungan
sosial
Hubungan
murid dengan orang tua, teman sebaya, kawan, guru dan mentor, dan orang lain dapat
mempengaruhi prestasi dan motivasi sosial mereka. Hubungan sosial denga orang
tua merupakan hal utama yang mempengaruhi motivasi anak. Ketika waktu dan
energi orang tua lbih banyak dihabiskan untuk orang lain atau untuk sesuatu
yang lain ketimbang untuk anaknya, motivasi anak akan menurun tajam. Selain
itu, pola pengasuhan anak juga ikut mempengaruhi.
Teman
sebaya juga dapat mempengaruhi motivasi anak melalui perbandingan sosial,
kompetensi dan motivasi sosial, belajr bersama, dan pengaruh kelompok sebaya.
Serta peran guru di sekolah, guru dapat menjadi mitra orang tua dalam
meningkatkan motivasi anak.
c.
Konteks
sosiokultural dari murid
Latar
belakang status sosio-ekonomi, etnis, dan gender mempengaruhi motivasi dan
prestasi anak. Mengenali diversitas prestasi yang ada di dalam setiap kelompok
kultural, juga penting untuk membedakan antara perbedaan dan defisiensi
(kekurangan).
3.
Analisis
tujuan terhadap motivasi
Antara kebutuhan motivasi perbuatan atau kelakuan,
tujuan, dan kepuasan terdapat hubungan
dan kaitan yang kuat. Setiap perbuatan seantiasa berkat adanya dorongan
motivasi. Timbulnya motivasi oleh karena seseorang merasakan sesuatu kebutuhan
tertentu dan karenanya perbuatan tadi terarah kepada pencapaian tujuan tertentu
pula. Kelakuan yang telah memberikan kepuasan terhadap sesuatu kebutuhan akan
cendrung untuk diulang kembali, sehingga ia akan menjadi lebih kuat dan lebih mantap.
4.
Motivasi
dan kebutuhan
Kebutuhan adalah kecendrungan-kecendrungan permanen
dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan kelakuan untuk
mencapai tujuan. Kebutuhan ini timbul karena adanya perubahan (internal change) dalam organisme atau
disebabkan oleh perangsang kejadian-kejadin di lingkungan organisme. Begitu
terjadi perubahan tadi maka begitu timbul energi yang mendasari kelakuan ke
arah tujuan. Jadi, timbulnya kebutuhan inilah yang menimbulkan motivasi pada
kelakuan seseorang.
5.
Motivasi
dan drive
Drive
adalah perubahan
dalam struktur neurofisiologis seseorang yang menjadi dasar organis dari
perubahan energi, yang disebut motivasi. Jadi timbulnya motivasi dikarenakan
terjadinya perubahan-perubahan neurofisiologis. Dikatakan oleh Morgan dan
Stellar (dalam Oemar Hamalik, 2004:160) bahwa : a drive is an intuiting neurophysiological condition tahat is a change
in the neurophysiological structure of person which is the organic basic for
the energy change we call motivation. Jelas sekali bahwa hubungan antara
motivasi dan drive dan kebutuhan ternyara erat sekali.
6.
Motivasi
dan tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu
perbuatan yang apabila tercapai akan memuaskan individu. Adanya tujuan yang
jelas dan disadari akan memperngaruhi kebutuhan dan ini akan mendorong
timbulnya motivasi. Jadi, suatu tujuan dapat juga membangkitkan timbulnya
motivasi dalam diri seseorang. Dikatakan oleh William Burton (dalam Oemar
Hamalik, 2004:160) bahwa : individuals
are motivated by purposes anf goals which make sense to those individuals
motivating then becomes the subtle of seizing upon natural purposes already
exsisting, within the on going activities of the learners, or setting the
stage, manipulating the environment so that purposes meaningful to the learner
are brought to light.
7.
Motivasi
dan incentive
Incentive
ialalh hal-hal
yang disediakan oleh lingkungan (guru) dengan maksud merangsang murid lebih
giat dan lebih baik, misalnya kenaikan kelas, hadiah, dan lain-lain. Incentive dapat untuk memuaskan atau
tidak memuaskan kebutuhan individu. Incentive
dapat menjadi tujuan atau identik dengan tujuan.jadi, terdapat hubungan
yang erat antara motivasi dan incentive.
Guru-guru sering kali menggunakan incentive untuk memberikan motivasi kepada siswa didik untuk
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Incentive
ini akan bermanfaat apabila mengandung tujuan yang akan memberikan kepuasan
kepada kebutuhan psikologis siswa. Karena itu, guru harus kreatif dan
imajinatif menyediakan incentive tersebut.
8.
Perspektif
tentang motivasi
Perspektif tentang motivasi yang diungkapkan oleh John
W. Santrock (2010:511) ada empat yaitu :
a.
Perspektif
behavioral
Perspektif
behavioral menekankan pada imbalan dan hukuman eksternal sebgai kunci dalam
menentukan motivasi murid. Salah satu bentuk kongkritnya adalah pemberian
insentif. Insentif merupakan peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang
dapat memotivasi prilaku murid. Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain
nilai yang baik, yang emberikan indikasi tentang kualitas pekerjaan murid dan
tanda bintang atau pujian mereka menyelesaikan suatu tugas dengan baik.
Insentif lainnya atara lain memberi penghargaan atau pengakuan pada murid,
misalnya memerlukan karya mereka, memberi sertifikat prestasi, memberi
kehormatan, atau mengumumkan prestasi meraka.
b.
Perspektif
humanistis
Perspektif
humanitif menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian,
kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif (seperti peka
terhadap orang lain). Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham
Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan
kebutuhan yang lebih tinggi. Heararki kebutuhan menurut Maslow terdiri dari :
(1) Fisiologis (seperti lapar, haus, tidur); (2) Keamanan (seperti bertahan
hidup); (3) Cinta dan rasa memiliki (seperti kasih sayang, perhatian); (4)
Harga diri (menghargai diri sendiri); (5) Aktualisasi diri (realisasi potensi
diri).
c.
Perspektif
kognitif
Menurut
perspektif kognitif, pemikiran murid akan memadu motivasi mereka. Belakangan
ini muncul minat besar pada motivasi perspektif kognitif. Minat ini berfokus
pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi
mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan, terutama
persepsi bahawa usaha adalah faktor penting
dalam prestasi), dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol
lingkungan mereka secara efektif. Perspektif kognitif menekankan agar murid
diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengontrol hasil
prestasi mereka sendiri.
d.
Perspektif
sosial
Kebutuhan
afiliasi atau keuntungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain
secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaanm dan pemulihan hubungan
personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam
motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat,
keterikatan dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
9.
Fungsi
motivasi
Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi mendorong
timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Menurut Oemar
Hamalik (2004:161) fungsi motivasi itu meliputi berikut ini :
a.
Mendorong
timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul
sesuatu perbuatan seperti belajar.
b.
Motivasi
berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan
yang diinginkan.
c.
Motivasi
berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perkerjaan.
10. Nilai motivasi dalam pengajaran
Menurut Oemar Hamalik (2004:161) nilai motivasi dalam
pengajaran adalah tanggung jawab guru agar pengajaran diberikannya berhasil
dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung pada usaha guru membengkitkan
motivasi belajar murid. Secara garis besar motivasi mengandung nilai-nilai
sebagai berikut :
a.
Motivasi
menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar murid. Belajar
tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil.
b.
Pengajaran
yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada murid. Pengajran demikian
sesuai dengan tuntutan demikrasi dalam pendidikan.
c.
Pengajaran
yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinasi guru untuk berusaha
sungguh-sungguh mencari cara-cra yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan
memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusahan agar murid-murid
akhirnya memiliki self motivation yang
baik.
d.
Berhasil
atau gagalnya dalam membangkitkan motivasi dalam pengajaran erat pertaliannya
dangan pengaturan disiplin kelas. Kegagalan dalam hal ini mengakibatkan
timbulnya masalah disiplin didalam kelas..
e.
Asas
motivasi menjadi salah satu bagian yang integral daripada asas-asa mengajar.
Penggunaan motivasi dalam mengajar buku saja melengkapi prosedur mengajar,
tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian
penggunaan asas motivasi adalah sangat essensial dalam proses belajar mengajar.
11. Jenis-jenis motivasi
Oemar Hamalik (2004:161) membagi motivasi menjadi dua
yaitu : (1) motivasi instrinsik dan (2) motivasi ekstrinsik. Motivasi
instrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui
kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi ini sering juga disebut motivasi
murni. Motivasi yang sebenarnya yang timbul dalma diri siswa sendiri, misalnya
keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan
pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari
sumbangannya terhadap usaha kelompok, keinginna diterima oleh orang lain, dan
lain-lainnya. Jadi, motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Motivasi
instrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam
situasi belajar yang fungsional. Dalam hal ini pujian atau sejenisnya tidak
diperlukan oleh karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk
mendapatkan pujian atau hadiah itu. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit,
ijazah, tingkatan hadiah, medali, dan hukuman. Motivasi ekstrinsik ini tetap
diperlukan sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat
siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa.
Lagi pula seringkali para siswa belum memahami untuk apa ia belajar
hal-hal yang diberikan oleh sekolah. Karena itu, motivasi terhadap pelajaran
itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga siswa mau dan ingin belajar.
Menurut John W. Santrock (2010:514) motivasi dibagi
menjadi dua yaitu :
a.
Motivasi
ekstrinsik
Motivasi
ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara
untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh intersif
eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya murid mungkin belajar keras
menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Perspektif beavioral
menekankan arti penting dari motivasi ekstrinsik dalam prestasi ini, sedangkan
pendekatan kognitif dana humanitis lebih menekankan pada arti penting motivasi
instrinsik dalam prestasi.
b.
Motivasi
instrinsik
Motivasi
instrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan seesuatu demi sesuatu itu
sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya murid mungkin belajar menghadapi ujian
karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Murid termotivasi
untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangn yang
sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai
informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol. Pujian juga bisa memperkuat
motivasi instrinsik murid.
12. Prinsip motivasi
Ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk meninjau
motivasi, ialah : (1) Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan
tentang proses ini akan embantu kita menjelaskan kelakuan yang diamati dan
untuk memperkitakan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang; (2) Menentukan
karakter dari proses ini dengan melihat petunju-petunjuk dan tingkah lakunya.
Apakah petunjuk-petunjuk dapat dipercaya, dapat dilihat kegunaannya dalam memperkirakan
dan menjelaskan tingkah laku lainnya.
Prinsip-prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang
saksama dalam rangka mendorong motivasi belajar murid-murid di sekolah yang
mangandung pandangan demokratis dan dalam rangka menciptakan self motivation dan self discioline di kalangan murid-murid. Kenneth H. Hover (dalam
Oemar Hamalik, 2004:163) mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut
:
a.
Pujian
lebih efektif daripada hukuman
Hukuman
bersifat menghentikan sesuatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai
apa yang telah dilakukan. Karena itu, pujian lebih besar nilainya bagi motivasi
belajar murid.
b.
Semua
murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu
yang harus mendapat kepuasan
Kebutuhan-kebutuhan
itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda. Murid-murid yang dapat
memenuhi kebutuhannya secara efektig melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya
memerlukan sedikit bantuan di dalam motivasi dan disiplin.
c.
Motivasi
yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang
dipaksakan dari luar
Sebabnya
ialah karena kepuasan yang diperoleh oleh individu itu sesuai dengan ukuran
yang ada dalam murid sendiri.
d.
Terhadap
jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha
pemantauan (reinforcement)
Apabila
sesuatu perbuatan belajar mencapai tujuan maka terhadap perbuatan itu perlu
segera diulang kembali setelah beberapa menit kemudian, sehingga hasilnya lebih
mantap. Pemantapan itu perlu dilakukan dalam setiap tingkatan pengalaman
belajar.
e.
Motivasi
itu mudah menjalar atau sekedar atau tersebar terhadap orang lain
Guru
yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan murid-murid yang juga
berminat tinggi dan antusias pula. Demikian murid yang antusias akan mendorong
motivasi murid-murid lainnya.
f.
Pemahaman
yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi
Apabila
seseorang telah menyadari tujuan yayng hendak dicapainya maka perbuatannya ke
arah itu akan lebih besar daya dorongnya.
g.
Tugas-tugas
yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk
mengerjakannya daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru
Apabila
murid diberi kesempatan menemukan masalah sendiri dan memecahkan sendiri maka
akan mengembangkan motivasi dan disiplin lebih baik.
h.
Pujian-pujian
yag datangnya dari luar (external reward)
kadang-kadang diperlukan dan kucup efektif untuk merangsang minat yang
sebenarnya
Berkat
dorongan orang lain, misalnya untuk memperoleh angka yang tinggi maka murid
akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar.
i.
Teknik
dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memlihara minat
murid
Cara
mengajar yang bervariasi ini akan menimbulkan situasi belajar yang menantang
dan menyenangkan seperti halnya bermain dengan alat permainan yang berlainan.
j.
Manfaat
minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat ekonomis
Minat
khusus yang telah dimiliki oelh murid, minatnya bermain bola basket akan mudah
ditransferkan kepada minat dalam bidang studi atau dihubungkan dengan masalah
tertentu dalam bidang studi.
k.
Kegiatan-kegiatan
yang akan dapat merangsang minat murid-murid yang kurang mungkin tidak ada
artinya (kurang berharga) bagi para siswa yang tergolong pandai
Hal
ini disebabkan karena berbedanya tingkat abilitas dikalangan siswa. Karena itu,
guru yang hendak membagkitkan minat murid-muridnya supaya menyesuaikan usahanya
dengan kondisi-kondisi yang ada pada mereka.
l.
Kecemasan
yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar
Kecemasan
ini akan mengganggu perbuatan belajar siswa sebab akan mangakibatkan pindahnya
perhatiannya kepada hal lain, sehinga kegiatan belajarnya menjadi tidak
efektif.
m.
Kecemasan
dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar, dapat juga lebih baik
Keadaan
emosi yang lemah dapat menimbulkan perbedaan yang lebih energik, kelakuan yang
lebih hebat.
n.
Apabila
tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustasi secara cepat
menuju ke demostrasi
Karena
terlalu sulitnya tugas itu maka akan menyebabkan murid-murid melakukan hal-hal
yang tidak wajar sebagai manifestasi dari frustasi yang terkandung didalam
dirinya.
o.
Setiap
murid mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang berlainan
Ada
murid yang karena kegagalanya justru menimbulkan incentive tetapi ada siswa
yang selalu berhasil malahan menjadi malahan manjadi cemas terhadap kemingkinan
timbulnya kegagalan, misalnya tergantung pada stabilitas emosinya
masing-masing.
p.
Tekanan
kelompok murid (per grup) kebanyakan lebih efektif dalam motivasi daripada
tekanan/ paksaan dari orang dewasa
Para
siswa (terutama para adolesent)
sedang mencari kebebasan dari orang dewasa, ia menempatkan hubungan peer lebih
tinggi. Ia bersedia melakukan apa yang akan dilakukan oleh grupnya dan demikian
sebaliknya. Karena itu, kalau guru hendak membimbing murid-murid belajar maka
arahkan lah anggota-anggota kelompok itu kepada nilai-nilai belajar, baru murid
tersebut akan belajar dengan baik.
q.
Motivasi yang besar erat hubungannya dengan
kreatifitas murid
Dengan
teknik mengajar tertentu motivasi murid-murid dapat ditujukan kepada
kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang telah dimiliki oleh murid apabila
diberi semacam penghalang seperti ujian yang mendadak, peraturan-peraturan
sekolah, dan lainnya amak kegiatan kreatifnya akan timbul sehingga ia lolos
dari penghalang tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar